Cadas pangeran, adalah nama sebuah ruas
jalan, yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sumedang, sebuah kabupaten di Jawa
Barat. Jalan ini cukup melegenda, karena dibumbui sebuah berbau sejarah.
Dari literatur yang saya baca di laman-laman
blog di internet, yang memuat tulisan asal usul nama jalan Cadas Pangeran,
memang ada cerita sejarah yang melatarinya. Tak asal hanya nama. Kala itu
menurut sohibul sejarah yang saya baca, pada 1800, Meneer Gubernur Jenderal Deandels, datang mengontrol jalan raya
Anyer-Panarukan, yang melewati daerah itu.
Ketika mengontrol, sang meneer gubernur jenderal ini, menemui
Bupati Sumedang, Pangeran Kusumadinata IX, atau terkenal dengan sebutan
Pangeran Kornel. Saat bertemu sang pangeran, Daendels mengulurkan tangan
mengajak salaman, tapi disambut dengan tangan kiri Pangeran Kornel. Sementara
tangan kanan sang pangeran memegang keris.
Sambutan tangan kiri dan tangan kanan
memegang keris, seperti sebuah simbol protes pada Daendels, terutama pada
proyek jalan Anyer-Panarukan yang banyak menelan korban jiwa rakyat Indonesia.
Peristiwa itulah yang kemudian diabadikan menjadi nama jalan tersebut, yakni
jalan Cadas Pangeran.
Tapi bagi saya, ruas jalan yang meliuk
dengan tikungannya yang tajam, pantas untuk diceritakan. Jalan cadas pangeran
termasuk jalan yang bikin andrenalin berpacu kala melewatinya. Menempel pada
sisi bukit, dan bersisian dengan jurang, membuat jalan ini berbeda dengan yang
lainnya.
Pelaju jalan, harus ekstra hati-hati
menyusuri jalan Cadas Pangeran. Karena selain jalan meliuk dan menikung tajam,
melingkari bukit, tapi di sisi jalan menganga jurang yang cukup dalam. Jika
dari Bandung menuju Sumedang, jalan ini mau tak mau harus di lewati pelaju
jalan. Suasana jalan sendiri, sebenarnya cukup menarik. Pemandangan sisi jalan,
kombinasi antara dinding terjal, dan jurang dalam, dengan jejeran pohon
pinusnya.
Menurut saya, jalan ini layak dimasukan
sebagai jalan wisata, dengan keindahan dan eksotis alamnya. Di pinggiran jalan,
jika melewati jalan itu, banyak berdiri warung-warung makan, sebagai tempat
rehat para pelaju jalan. Saya sempat melewati jalan itu, kala mudik balik dari
kampung.
Sebenarnya, sudah beberapa kali saya
melewati jalur jalan Cadas Pangeran yang legendaris itu. Saat saya kembali melewatinya,
eksotisnya suasana di sekitar jalan itu masih terasa. Jejeran pohon pinus, di
bawah jalan. Pohon-pohon besar, dan dinding cadas yang membentengi jalan.
Apalagi kini beberapa ruas jalan di
perlebar. Bahkan, sampai menambah muka jalan ke bibir jurang. Di sisi jalan,
dibuat tempat rehat bagi para pelaju jalan. Tujuannya, untuk istirahat
sebentar, dan menikmati suasana alam di sekitar Cadas Pangeran. Sayang, karena
gerimis merinai, saya tak sempat berhenti, sekedar rehat sembari merangkum
lukisan alam di sekitar Cadas Pangeran.
Tetengger atau penanda
jalan, kenapa diberi nama jalan Cadas Pangeran, akan ditemui, di satu pojok
sisi jalan. Tetengger itu, berupa
patung Pangeran Kornel yang sedang menjabat meneer
Deandles, dengan tangan kirinya. Patung dengan nuansa heroik. Kala saya lewat
patung itu masih berdiri gagah. Sayang, karena lalu lintas arus balik mudik
lebaran cukup padat, saya hanya sempat memotret lewat jendela mobil yang sedang
merayap.
Sedihnya, karena tergesa patung Pangeran
Kornel, terjepret asal-asalan. Tapi saya simpan, sebagai kenangan, bahwa saya
sering dan pernah lewat ke jalan legenda tersebut. Numpang lewat sang pangeran.
Mau oleh-oleh, tak usah khawatir, penjual
tahu Sumedang yang juga cukup legendaris,banyak yang jual di pinggiran jalan.
Bila perut keroncongan, ada satu deretan warung, jika dari arah Sumedang menuju
Bandung adanya di sebelah kiri jalan. Deretan warung itu favorit saya mengisi
perut, kalau lewat jalan itu. Tempatnya cukup nyaman, meski warungnya hanya
bangunan sederhana berupa saung dengan dinding dari bilik. Di naungi rindangnya
pohon pinus, makan terasa ponyo (nikmat-red), di balur sepoy angin yang
ngahiliwir (menerpa-red).
Masakannya khas Sunda, lalapan dan sambel
menjadi menu utamanya. Bagi yang bawa anak, di belakang warung, tepatnya di
bawah, ada sepetak area yang dibangun ayunan buat anak, dengan jejeran pohon
pinus di sekelilingnya. Sangat segar, hawa yang begitu mahal bila kita di
Jakarta. Cadas Pangeran, jalan sejarah
favorit saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar